Konbanwa, mina-chan! O genki desu ka? Hahaha kali ini aku mau ngpost tentang humor bahasa Jepang. Semoga saja menghibur ya teman-teman, 39! ^^
- oleh Muhadiono, di majalah Intisari-Agustus 2000
Pada zaman pendudukan Jepang, di Kediri, Jatim, kota tempat saya bersekolah, ada peraturan yang mengharuskan tiap rumah dipasangi papan nama pemiliknya dengan menggunakan huruf Jepang (hiragana & katakana). Tenu tidak seorangpun berani melanggar. Tentara Jepang kan terkenal galak-galak.
Abjad huruf Jepang bukan huruf tunggal seperti abjad Latin, tetapi suku kata seperti huruf Jawa. Juga tidak mengenal huruf yang berbunyi "el" atau huruf mati kecuali "en" yang diucapkan sebagai "ng" di akhir kata.
Tak heran, kata Solo, misalnya, ditulis Soro, demikian juga pengucapannya. Untuk huruf mati, dipakai suku kata yang berbunyi "u" sebagai tambahan di belakangnya. Misalya kabar ditulis kabaru, amal ditulis amaru, Sragen ditulis Suragen dan seterusnya.
Dalam praktek, penulisan nama-nama Indonesia khususnya Jawa, terpaksa melanggar ketentuan itu. Jika mempertahankan patokannya, bisa tidak mengenakkan si empunya nama. Contohnya, "Asmoro" bisa menjadi A-su-mo-ro dalam tulisan Jepang. Dalam bahasa Jawa kata itu berarti "anjing datang". Terpaksa lah ditulis menjadi A-sa-mo-ro atau A-se-mo-ro. Lebih payah kalau orang yang bernama Askul. Menurut patokan, nama itu harus ditulis menjadi A-su-ku-ru, yang dalam bahasa Jawa berarti anjing kurus. Kalau tak ingin di olok-olok, maka harus diubah menjadi A-sa-ku-ra misalnya!
Kocak XD
返信削除yare yare :v orang Kediri lagi
返信削除