Orang memandang Ototake itu seorang pemuda cacat. Ia serba terbatas. Lalu menyimpulkan diri pemuda yang cacat itu patut dikasihi, masa depannya...jangan dikatakan. Dengan satu kesimpulan; jauh dari bahagia. Demikian sudut pandang dari orang yang terbiasa serba lengkap, sempurna dan mengukur kebahagiaan dari sudut "memiliki segalanya". Namun sudut padangan ini menyesatkan bahkan sering kali keliru.
Bagi Ototake memandang kehidupannya bukan dari "serba lengkap dan sempurna" baru bisa bahagia. Ia justru melihat yang sempurna dan bahagia itu berawal dari keindahan yang bersumber dari dalam jiwa. Ia melihat dirinya sempurna!. Dalam arti tak memiliki kedua tangan dan kaki bukan berarti tak memiliki hati. Kesempurnaan hidup itu dilihat dari "memiliki hati" bukan memiliki apa yang kita inginkan. Maka ia melihat bahwa orang yang memiliki hati akan memiliki kebesaran jiwa. Dan kebesaran jiwa akan menuntunnya melihat kelebihan yang lain daripada kekurangan fisiknya. Maka, jangan heran jika ada orang yang serba "lengkap" tapi hidupnya hanya mandeg. Tak ada karya. Nihil dari suatu yang bermakna bagi hidupnya atau orang lain. Orang ini sebenarnya berjalan tapi lumpuh kehidupannnya. Dengan lain perkataan, orang ini dilumpuhkan oleh cacat hatinya.
Jadi, memandang hidup sebagai suatu keindahan dan pada ujungnya menikmati sebagai suatu kebahagiaan memerlukan kebesaran hati untuk menanggulangi kekurangannya.
sumber : Hirotada-san
Kawan semua, kisah Hirotada di atas mencerminkan sikap yang bekerja keras dan pantang menyerah. Jangan terpuruk dalam kekurangan diri masing-masing, jadikanlah kekurangan itu sebagai bagian penting dalam hidup kita!
39 ^^
0 件のコメント:
コメントを投稿
harap komentar yang sopan ya ^^